mungkin kita telah lupa

 (kado perpisahan untuk sahabat yang berangkat

 Teh Ika, Mas Aran, Mas Idub, Mas Bagyo dan Mbok Merrin)


mungkin kita  telah lupa,

bagaimana cara  kita

pertama berjumpa


mungkin saja waktu itu, 

duhai Ika  teman perempuanku

aku  salah satu yang terpaku

melihatmu memasuki pintu 

dengan wajah  ayu dan tersipu malu

dan menghampiri pegawai satu persatu

sambil mengeja pelan namamu

Ika kartikawati  dari warung jambu


mungkin saja waktu itu

duhai kawan aran

aku orang yang penasaran

tentang siapa kah kau pemilik  

 wajah yang menebarkan  

aura persahabatan,

senyum dan wajah nan  tampan 

yang tak lekang oleh zaman,

hingga terjawab ketika kau mengulurkan tangan

sambil menyebut namamu Aran


mungkin saja waktu itu ,

wahai mas budi dan mas bagyo

lelaki rendah  hati dalam banyaknya ilmu

aku salah satu yang ragu

untuk memulai menyapa dulu,

takut membuatmu merasa terganggu

oleh semua tingkah lakuku

dan baru mulai bersapa setelah berminggu minggu,

dan menjadi tahu

mas bagyo dan Mas Idub namamu


mungkin saja waktu itu,

wahai Mpok Merrin kawan mainku

orang orang melihatmu cewek pemalu 

hingga akhirnya semua tahu

kau penari hebat saat diputarkan lagu melayu

dan semua sepakat dangdut adalah nama tengahmu


mungkin aku telah lupa,

bagaimana cara kita pertama berjumpa,

tapi kita pasti sepakat bahwa kita tak lupa 

waktu waktu selanjutnya memyatukan kita seumpama keluarga

bekerja bahu membahu bersama,

makan, minum, bercanda tawa bersama

atau terdiam menunggu senja 

saat dimana kita akan pulang ke keluarga sebenarnya


kita pasti sepakat,

masa telah mematangkan rasa

hingga seolah

sakit ku adalah sakit mu

sakit mu adalah sakit ku

senang mu, senamg ku

senang ku, senang mu

meski gajimu tetap gajimu

dan gajiku tetap gajiku


seperti keluarga lain,

kadang kita pun  menjalani hubungan yang lucu,

dekat berseteru,

tapi saat jauh merindu


kawan kawan,

kita akhirnya tiba pada kenyataan,

hidup tak selalu seperti yang kita inginkan, 

kerelaan atau ketidak relaan tidak pernah menganulir keputusan,

kita hanyalah bidak yang dimainkan menuju tujuan, 

tak tertolak, tak juga tertahan


selamat jalan, kawan

mungkin kita akan bertemu entah kapan,


kalau hidup memberi jeda,

kita akan berbincang untuk  mencoba mengingat 

apa yang hari ini telah kita lupa


(Sutikno Slamet, 14 Jan 2022)


3 komentar:

  1. Sebuah puisi yang sangat personal dan menyentuh kang, kereen.
    Saya menduga (baca: mengharap) akan ada puisi tetang masing-masing orang di atas yang lebih detail dan khas, hehe

    BalasHapus
  2. makasih Mas Ekpan, tapi saya belum nemu pemantiknya, biar bisa satu satu mengalir

    BalasHapus
  3. Puisi penuh makna cinta dan bahagia, cinta sesama dan cinta yang tak pernah terkikis waktu yang berjalan, terima kasih pak ustad.

    BalasHapus