Duka Kami untuk Sumatera

Malam itu,

Malam yang mestinya damai dengan sinar bulan

Dan nyanyian binatang malam yang melenakan

berganti seketika,

Menjadi malam yang tak akan pernah terlupakan

 

Bayi yang terbuai dalam ayunan, terpekik menjerit

Ibu-ibu berteriak, bapak-bapak berlari kalang kabut

Ribuan burung terbang riuh menjauh…

Rumah, sawah, kendaraan, dalam sekejap hanyut

 

Malam itu, keheningan malam menjadi gegap gempita

Suara gemuruh yang mengalahkan suara badai membahana

Yang akhirnya,  hanya terdengar suara takbir bersahutan

Allohu akbar…

 

Sudah berapa meter lumpur menggunung

Dan batang raksasa menumpuk

Ketika air mulai menyusut, menyisakan perih yang berpaut

 

Dan di bawah itu, tanahku..

Orang tuaku, abang dan adik-adikku..

Entah sudah berapa banyak air mata tumpah,

Dan kepedihan membawa sumpah serapah

Semua mencari siapa yang salah

 

Tapi hidup sebagian kami belum berakhir

Kami berpegang erat satu sama lain,

Saling menggenggam, saling menguatkan

Seperti harapan yang selalu ada di titik nadir

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar