Silahturahim dan Usia Pernikahan

    Pertemuan dan kumpul keluarga dari pihak ibu mertua sudah lama direncanakan. Banyak pertimbangan dan alasan bagi yang akan ketempatan sebagai tuan rumah acara kumpul. Lagipula bulan ini merupakan bulan penuh maghfirroh dan berkah. Istri saya kebetulan juga sudah menjadi bagian dari grup whatsapp Jallam Family karena orang tua ibu mertua bernama Jallam. Biasanya ada grup whatsapp itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Semoga hal ini tidak terjadi karena rencana ini memang dibuat dengan ketulusan dan kerendahan hati. Diskusi panjang selalu menemukan jalan buntu siapa yang akan menjadi tuan rumah. Akhirnya tuan rumah ditentukan dan kamilah diminta menjadi tuan rumah acara silahturahim keluarga ibu mertua.

        Persiapan menuju pertemuan itu pun kami siapkan dengan baik. Karena ibu mertua merupakan anak nomor 3 dari keluarga Jallam yang memilki anak 12 dimana 4 orang sudah mendahului kami semua, sehingga apa yang disampaikan oleh ibu mertua pasti akan diikuti oleh anggota keluarga yang lain. Terdengar percakapan istri saya dengan para sepupunya.

        “Ari nanti bawa aja jus buah untuk acara berbuka puasa di tempat gue ya. Eh, jangan lupa sekalian bawa kue, terserah kue apa, yang penting murah meriah.”

Selesai dengan sepupu yang satu, telpon lagi dengan sepupu yang lain, “Tante nanti bawa sate kikil aja ya, karena sate kikil di daerah tante kan cukup terkenal. Jangan lupa ya. Tante nanti naik kereta atau bawa kendaraan ? “

“Tante naik kereta aja, karena lebih simpel dan nyaman.”

“Ok ya, nanti ditunggu sate kikilnya ya…”

Kita sebagai tuan rumah juga menyiapkan beberapa menu berbuka yang kebetulan, kita ingin sesuatu yang berbeda. Akhirnya setelah diskusi dengan anak-anak, kita memutuskan untuk menyiapkan Siomay, Asinan, beberapa minuman berkarbonasi (hanya sekali dalam setahun beli minuman ini) dan beberapa kue yang lain. Siomay kita pesan ke langganan dekat rumah dan rasanya gak kalah dengan restoran dengan harga Rp7.000,- mendapat 10 buah siomay. Cukup murah bukan ? Tapi itu belum termasuk telurnya, karena telurnya dihargai Rp2.000,- Selain itu juga kita menyiapkan teh Bandulan, yang jarang-jarang dijual di Bekasi dan 1 kantong plastik es batu cetakan yang sudah jadi sebagai pelengkap es buah dan minuman selain teh hangat yang sudah kami siapkan untuk saat berbuka juga. Persiapan untuk acara silahturahim ini gak lama. Kami hanya mempersiapkan kurang dari seminggu untuk makanan dan minuman. Sementara tempat aman, dan semua makanan dibeli, tidak ada yang masak karena kondisi tidak memungkinkan bagi istri dan ibu mertua untuk memasak.

Tiba hari pelaksanaan. Anak-anak cukup senang karena akan bertemu sepupu-sepupunya yang saat mereka masih kecil selalu menjadi bahan olokan dan candaan. Tapi mereka masih merasa senang aja menggoda si dd karena waktu kecilnya si dd itu cukup judes dan gak ramah dengan keluarga. Namun dd yang sekarang sudah berbeda.

“Ryan, ente nanti bawa yang simpel kan?”

“Yah mba, Abang (panggilan Ryan) gak bisa bawa yang simpel. Kalau bawa ikan gurame bakar termasuk simpel gak?”

Gubraak. Padahal istri dan si abang sudah diskusi untuk bawa yang simpel, dan ternyata si Abang malah membawa masakan yang cukup ribet. Karena konsep awalnya adalah menu berbuka tidak menggunakan nasi, makanya nasi dimasak hanya sedikit. Ketika dengar si Abang berencana membawa ikan gurame bakar, berarti harus ada nasi meskipun tidak banyak.

Jam sudah menunjukan pukul 16.30 dan pesanan sate dan lontong harus segera diambil agar kita tidak terlalu lama di luar rumah karena beberapa saudara dan sepupu sudah on the way  ke rumah. Saat sedang berbenah menata meja untuk meletakkan beberapa bakal makanan yang dibawa, istri menerima telpon dari tantenya.

“Assalamu’alaikum Tis…”

“Wa’alaikumussalam tante, ada apa ? “

“Maaf ya, tante gak bisa bawa sate kikilnya karena penjualnya gak jualan dan pas tante mau beli setelah pulang kerja sudah malam dan penjualnya sudah pulang. Jadi gimana kalau tante bawa menu yang lain? Gak apa-apa ya. Nanti kalau ada acara lagi, tante janji akan bawa sate kikilnya ya”

Gubraak… “Iya tante, gak apa-apa (ini batal yang kedua). Posisi tante dimana sekarang?”

“Tante sudah di kereta dan baru berangkat dari stasiun Manggarai. Nanti kalau sudah sampai di stasiun Bekasi, tante kabari deh.”

“Oke tante.” istri bergegas kembali ke dapur untuk memastikan semuanya sesuai harapan. Akhirnya datanglah satu persatu pihak keluarga dari ibu mertua.

Om Yadi dan istri, tante Rita, Ari, si kembar Abang (Adiknya ada acara bukber di Summarecon Mall Bekasi) datang bersama adik yang bontot, Fathia. Setelah saling ngobrol dan dengan para sepupu, terdengarlah adzan Maghrib. Alhamdulillah. Kemudian datang Eni dan anaknya. Berbukalah kita semua dengan hati lega dan senang. Sesaat setelah berbuka, om Yadi dan saya pergi ke masjid untuk shalat maghrib.

Setelah maghrib, waktunya saling bercerita dan menikmati hidangan dan sekaligus bahas rencana kumpul kembali di lebaran hari kedua. Keputusan sudah bulat dan akhirnya di tempat kami kembali. Alhamdulillah, semoga berkah menjadi tempat kumpul silahturahmi. Hal yang istimewa dalam pertemuan keluarga dari ibu mertua adalah hari itu merupakan hari jadi pernikahan kami yang ke-16 tahun. Subhanallah, kami masih diberikan kesempatan melalui lika liku dan badai rumah tangga yang macam dan jenisnya beragam. Alhamdulillah juga, anak-anak dan ibu mertua masih dalam lindungan Nya. Semoga kami masih bisa menjadi keluarga yang utuh hingga kakek nenek dan maut memisahkan kita. Aamiin. Terakhir, Abang (Ryan) datang dengan istri dan bunda serta adiknya dengan membawa ikan gurame bakar sekitar jam 20.00. Lengkaplah sudah acara silahturahim di pertengahan bulan Ramadhan ini. Semoga kami masih bisa bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya. Aamiin.

***

Cerita ini dapat dilihat juga pada laman berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/2017/06/silahturahim-dan-usia-pernikahan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar