Pelarian

Dari tempat aku duduk, melalui jendela setengah kusam ini, kulihat mobil-mobil terparkir rapi dibawah sana, orang-orang terlihat kecil berjalan di koridor merah.. Diseberang tempat aku duduk ini, terlihat Gedung Menara Era, Allson dan Dhanapala berdiri tegak, angkuh mencoba menggapai awan.. Pikiranku melayang.. Sementara pembicara yang duduk di depan sana terlalu berisik, ngoceh terus entah membicarakan apa.. aku penat, sumpek dan ingin lari...

Ataukah kubuka saja jendela ini, mencoba lari dari keadaan sekaligus mencoba belajar terbang..?
pastilah burung-burung itu akan menertawaiku, mereka pasti akan secepatnya bergosip, "eh, ada manusia tak punya sayap, mencoba belajar terbang.." mereka pasti akan tertawa lebar melihat aku yang pasti terjatuh dari lantai 9.. Bahkan dengan semangatnya mereka akan mengabarkan kabar ini pada angin, pucuk-pucuk cemara dan lampu indah di taman kota.. Aku akan jadi berita bukan hanya di koran dan televisi tapi juga gosipan kupu-kupu pada bunga, ranting kayu pada daun, angin pada gedung-gedung tinggi atau bahkan obrolan Monas pada Stasiun Gambir..

Dan pembicara itu masih dengan semangatnya berteriak-teriak mengatakan sesuatu yang bahkan aku sendiri sangat tidak ingin mendengarnya... Aku menggerutu, "Huh.. benar-benar semena-mena orang ini.. seenaknya mengganggu kuping orang lain...". Klek.. Ku coba buka jendela, gak bisa.. jendela ini terkunci.. Huft.. untunglah terkunci.. takut juga aku belajar terbang dari jendela gedung lantai 9...

Hmm.. sekilas terlintas dalam benakku, satu tempat yang bisa untuk sementara menyelamatkanku, TOILET... hmmm, bisa jadi toilet untuk saat ini adalah tempat yang lebih indah dari ruangan ini.. sambil aku berdoa dalam hati semoga BAU di sana tidak memperkosa hidungku.. Aku pun melangkah ke toilet, dan benar.. toilet ini ternyata terlihat lebih indah dari ruangan tadi, lebih nyaman, baunya juga harum.. Harum..??? Emang ada..??? ya, kenapa tidak? emang dikira gak ada apa, toilet yang baunya harum..?? banyak lagi.. weekkk...!!! kataku dalam hati ngobrol sendiri... dan yang paling penting, suara orang yang semena-mena mengganggu kupingku tadi tidak sampai ke toilet ini... toilet ini sepi, tidak berisik.. damai rasanya...

Hmm.. jadi betah di toilet ini.. berdiri diam sekaligus berdiam diri di sudut toilet, dan sibuk membuat komentar di FB ataupun BBM-an dengan teman-teman.. 10 menit dalam kesunyian, tiba-tiba masuk salah satu peserta sosialisasi.. hahaha.. aku inget banget nih orang.. duduk dideretan kursi baris ke-4 di depanku... aku inget banget.. karena dari tempatku duduk diruangan tadi kalau aku melemparkan pandangan ke depan, dengan atau tanpa perhatian sekalipun, pastilah akan tertumbuk pada sesuatu yang menyilaukan.. ya pantulan sinar lampu diruangan dapat terlihat jelas pada kepala orang ini... hehehe...

Orang ini, yang aku gak tau namanya dan juga sama sekali tidak punya niat ingin tau namanya, begitu masuk toilet, langsung menuju kotak putih yang menempel di dinding ruangan toilet, kotak yang dimaksudkan untuk menampung keperluan orang banyak, keperluan yang tidak bisa diwakilkan tentunya, kotak yang walaupun aku yakini berharga mahal tetapi hanya digunakan untuk menampung campuran senyawa air, urea, garam dan amoniak... Sambil berdiri menghadap kotak, orang ini menoleh ke arahku.. Huh...!!! ngapain noleh-noleh dulu..?? jangan berprasangka aneh-aneh ya..? aku disini bukan untuk ngintip cowok pipis... gak sudi tau..!! apalagi ngintip cowok kayak kamu, sangat gak sudi...!!! Kau bayar pun aku ogah...!!!

Aku di sini, berdiri di sudut ruangan toilet ini, hanya untuk mencari tempat pelarian dari sumpeknya ruangan sosialisasi.. tempat ini, ruangan toilet ini, masih lebih baik dari ruangan sosialisasi ber AC tadi, meskipun karena itu, kamu, hai orang yang berkepala menyilaukan, jadi berprasangka ke aku.. aku gak peduli.. asal kau tidak menggangguku, aku gak peduli.. bahkan kalaupun kau pipis miring sambil mengangkat kaki satu pun aku gak peduli...atau pipis tanpa buka celana aku juga gak peduli, lebih gak peduli malah.. toh itu celanamu.. bukan celanaku...

Meskipun mataku ke arah Blackberry yang aku pegang, tapi dari jangakuan pandangan yang masuk dalam retina mataku, kau dan kepalamu yang menyilaukan itu masih terlihat.. dan samar-samar terlihat gerakan tanganmu menurunkan resleting celana... sreet... kau alihkan pandanganmu dari menatapku kearah bawah, hmm.. mungkin kau ingin memastikan sudah dalam posisi yang tepat atau belum.. 

Oh, pelarianku yang terganggu...


*catatan pada 28 Februari 2012

7 komentar:

  1. gaya nulisnya enak nih mas... renyah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini kyknya bot ya, dah template.. hihihihi...

      Hapus
    2. ini bagian dari konsistensi mas :P... xixixi

      Hapus
  2. Asli mas Jo, kalau ketemu orangnya juga renyah kok. Emang biskuit ya, tapi itulah gunungkecil, gaya bahasanya asyik kalau boleh dibilang selain renyah, mengalir sesuai suasana hati. Sayangnya pelariannya terganggu hingga seseorang masuk toilet. Seandainya tidak, cerita akan berbeda.

    BalasHapus
  3. Renyah Om.. apalagi pake garam dikit.. makin gurih..

    BalasHapus
  4. ini sosialisasi di mana ya? lantai 9 tp bs liat Dhanapala trus toiletnya wangi. Ohya, toilet memang tempat pelarian yg mumpuni.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Hotel sebelah Om.. dulu kan masih sering sosialisasi/diklat di Hotel

      Hapus