Kenangan di Pangkalpinang (2)

Penempatan pertama saya adalah di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Anggaran (lama) yang sekarang dikenal sebagai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, tepatnya di Direktorat Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (sekarang menjadi salah satu Direktorat di DJPU). Cukup lama saya berkantor di situ, sementara banyak rekan-rekan saya sudah mutasi berulang kali baik itu mutasi dalam kota, luar kota, maupun antar pulau, maklum DJPB memiliki kantor vertikal yang tersebar dari Sabang  sampai Merauke. Sementara saya sejak single, menikah sampai dengan dikaruniai 3 orang putra/i masih tetap berkantor di Kantor Pusat. 

Setiap kali mendengar ada isu mutasi rasanya selalu tidak tenang, takut kalau-kalau kami dimutasi. Lama kelamaan perasaan itu semakin mengganggu, sampai akhirnya kami berdua sepakat bahwa kemanapun kami dimutasi, kami akan berangkat bersama-sama dan menghadapi apapun bersama-sama. 

Setelah bertekad dengan keputusan tersebut, kami merasa lebih tenang, maka ketika SK turun untuk pertama kalinya, Alhamdulillah kami merasa lebih siap untuk berangkat, menyambut tempat kerja dan tempat tinggal yang baru, bersiap-siap dengan lingkungan baru dll. Memang cukup merepotkan memindahkan anak-anak yang sudah mulai bersekolah, tapi itu bagian yang harus kami jalani.

Waktu terus berjalan, ternyata kami menikmati juga tinggal di Kota Pangkalpinang. Jarak tempuh yang dekat antara kantor dengan rumah memungkinkan kami untuk sering bertemu dengan keluarga, dimana hal ini sulit kami lakukan ketika kami masih berdinas di Jakarta, karena pagi kami sudah harus berangkat dan tiba di rumah sudah malam, tidak pas dengan waktu berinteraksi dengan anak-anak.

Pangkalpinang juga memiliki pantai-pantai yang indah, hampir tiap minggu kami main ke pantai bersama-anak-anak yang sangat gemar bermain air. Biaya sekolah yang murah, karena SPP sekolah terbaik di Pangkalpinang saat itu adalah 1/10 SPP anak-anak kami di Tangerang Selatan. Seafood yang masih segar dan berasa manis mudah kami jumpai di Pangkalpinang dan masih banyak hal-hal lain yang membuat kami merasa betah tinggal di Pangkalpinang. 

Sebagai pengingat diri saya sendiri : Ketika kita berani menghadapi kenyataan maka perasaan takut yang selama ini menghantui akan sirna. 


Jakarta, 14 Maret 2018

2 komentar:

  1. "Ketika kita berani menghadapi kenyataan maka perasaan takut yang selama ini menghantui akan sirna". #noted

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah Mas Gun. Yang saya rasakan level 'ujian ketakutan' tersebut akan terus naik bila kita selesai di suatu level. tapi kalau belum selesai ya saya masih her terus di level tersebut.

    BalasHapus