SANG PENARI

Enam orang penari, dua laki-laki dan empat perempuan, perlahan memasuki panggung utama, seiring musik tradisional yang mengiringi langkah mereka. Yang lelaki tampak gagah dengan seragam tempur masyarakat pedalaman Kalimantan, lengkap dengan tameng dan pedangnya. Seorang penari juga membawa Gong besar yang kemudian diletakkan di tengah panggung. Penari perempuan tak kalah mempesona. Dengan baju manik-manik dan Taah (1), lengkap dengan Lavung (2) serta bulu burung Enggang di kedua tangannya. Menonjolkan kelembutan dan kecantikan seorang perempuan.

Ya, mereka sedang membawakan Tari Gong. Tarian tradisional masyarakat Dayak Kalimantan Timur. Tarian yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang diperebutkan oleh dua orang laki-laki Dayak. Gerakan mereka lembut, sederhana, namun sangat harmonis. Dari tingkat kerumitan gerakan, Tari Gong bukanlah jenis tarian yang banyak menggunakan gerakan-gerakan yang sulit. Yang ditonjolkan adalah gerakan-gerakan yang menonjolkan kelembutan.

Saya bukanlah penikmat tarian yang serius, namun melihat penampilan para penari di acara Budget Day hari ini memberikan kenikmatan tersendiri. Membayangkan mereka melatih gerakan-gerakan yang harus harmonis satu sama lain. Berganti posisi, berjalan, berputar menyesuaikan irama lagu dan gerakan penari lainnya adalah sesuatu yang tidak mungkin dilatih dalam waktu satu-dua jam atau hanya sehari semalam. Persis ketika menyaksikan pemain-pemain Manchester United di pertandingan Liga Inggris, dimana mereka bahkan tidak perlu melihat posisi teman untuk mengumpan bola. Mereka sudah berada dalam satu irama yang sama. Satu hal yang hanya bisa didapat dari proses latihan yang panjang dan melelahkan.

...

Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam sambutannya mengatakan bahwa sinergi yang paling mudah itu ya seperti tarian tadi. Dilakukan oleh orang yang berbeda-beda namun karena memiliki tujuan yang sama, mereka bisa bersinergi menghasilkan suatu tarian yang kompak, indah dan berhasil menyampaikan 'pesan' tarian tersebut.

...

Sinergi yang paling mudah. Istilah yang membuat saya sedikit tersentak. Bagaimana tidak? Untuk menghasilkan 'sinergi yang paling mudah' itu para penari telah mengorbankan waktu mereka entah berapa lama, tenaga yang mungkin belum tergantikan kalori-nya, keringat yang mungkin masih membekas di baju mereka. Tapi, itulah sinergi yang paling mudah.

Ketika 3 Dirjen (Anggaran, Perbendaharaan, Perimbangan Keuangan) mengangkat tema sinergi, melaporkan hasil sinergitas mereka, wajar Ibu Menteri merespon dengan 'ceramah' tentang sinergi. Pesan awalnya: sinergi itu bukanlah hal yang mudah, semudah mengucapkannya. Jika untuk menari selama 15 menit saja, bersinergi selama 15 menit saja, membutuhkan proses yang panjang, bagaimana sinergi besar yang sifatnya nasional dapat tercipta hanya dalam waktu 1-2 bulan, hanya dengan satu aplikasi yang menggabungkan semua layanan?

Sinergi itu satu siklus yang tidak terputus, sebagaimana penari melakukan perpindahan posisi atau gerakan. Sinergi itu membutuhkan pengertian, komando untuk bergerak dalam irama yang sama. Sinergi itu saling menutup celah, persis bagai penari yang melakukan blocking panggung. Tidak ada ruang kosong, utuh sebagai satu kesatuan.

Sinergi seperti itulah yang diinginkan Ibu Menteri. Sinergi yang dihasilkan dari proses saling memahami. Sinergi yang didasari keinginan untuk mencapai tujuan yang sama. Bagai mata rantai yang utuh, saling mengikat dan menguatkan satu sama lain. Butuh waktu panjang, pengorbanan dan kerja keras....persis apa yang dilakukan oleh Sang Penari.


Jakarta, 22 November 2017



*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar