Pendoa dan Surganya

Alunan sunyi terdengar sayup-sayup di dalam hati
Menggiring lirih sepi yang menepi
Aku tak seorang diri meskipun mungkin sendiri
Karena mereka berpindah ke alam tanpa jejak kaki

Rembulan terang tak menembus temaram pelita
Membiarkan hitam menguasai warna
Membuat berkedip tiada beda
Seolah merana padahal ku bahagia
Sepuasnya tersenyum tanpa dianggap gila

Semua bukan sekadar bicara bumi dan rotasi
Bukan pula coretan-coretan imajinasi
Aku hanya menyusuri kelok pematang sanubari
Sembari menghirup segarnya cinta meskipun tak lagi pagi

Benar, ini masih tentang cinta
Yang tak pernah bosan mengambil peran utama
Menjadi jiwa dari berbagai riak butiran rasa
Asmara tak selalu tentang cumbu dan kata-kata mesra
Terkadang cukup menatap diam wajah pendoa dan surganya



2 komentar: