BnD Project – Kisah Si Burlem

Ada sebuah kisah tentang seorang pegawai negeri sipil, sebutlah si Burlem. Kegiatan si Burlem seperti pegawai kantoran pada umumnya. Burlem juga kebetulan tinggal di Jakarta. Berangkat pagi, naik transportasi umum, melakukan absensi pada mesin handkey, bekerja pada institusi yang memberikan penghasilan yang cukup kepada istri dan anaknya. Pokoknya untuk ukuran seorang pegawai negeri, Burlem ini termasuk tipikal pegawai yang bekerja di atas rata-rata.
Burlem sudah cukup lama menjadai seorang pegawai negeri sipil. Pada tahun 2002, Burlem melamar sebagai pegawai negeri sipil, setelah 2 tahun bekerja di sektor swasta di bidang konstruksi. Setelah melewati beberapa tahapan tes, Burlem dan beberapa kawan seangkatan diterima menjadi pegawai negeri sipil. Burlem termasuk yang merasa beruntung menjadi pegawai negeri. Karena beberapa kali mendaftar, dia selalu gagal. Maka usahanya tidak sia-sia ketika Burlem belajar mempelajari beberapa buku mengenai tips menjadi CPNS dari toko buku terkenal dan situs yang memberikan informasi mengenai itu.
Saat diterima menjadi CPNS, Burlem sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Seiring dengan berjalannya waktu sebagai salah satu abdi negara, kebutuhan hidup si Burlem menjadi tinggi sebagai akibat pergaulan dengan teman-teman kantor sebelumnya dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh untuk menambah penghasilan itu, dengan bekerja hingga melampaui jam kerja kantor. Hal ini sudah berlangsung sejak tahun 2015. Ketika tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan, Burlem tetap berada di kantor hingga memenuhi batasan waktu yang dia telah tentukan.
Banyak motif atas apa yang dilakukan si Burlem. Menghindar macet salah satunya dan masih banyak alasan lainnya. Model pegawai seperti Burlem ini cukup banyak di beberapa kementerian dan lembaga. Bahkan ada yang hapal bagaimana cara menghitung overtime  waktu kerjanya itu. Beberapa bahkan bisa menghitung hingga ke jumlah menitnya. Ketika dia lebih sekian menit, maka dia akan mendapat sekian dari kelebihan jumlah jam kerja itu. Beberapa dari mereka memang sudah meniatkan akan bekerja overtime ketika akan berangkat kerja. Bahkan ada juga yang protes jika waktu overtime-nya tidak dibayarkan.  
Apakah salah dengan sikap si Burlem ini ? Tidak ada yang salah jika ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan sesuai tenggat waktu. Dalam hal ini, negara mengeluarkan sejumlah uang yang sia-sia. Bayangkan juga berapa jumlah uang negara yang harus digelontorkan untuk tipikal seperti Burlem? Negara banyak mengeluarkan dana yang tidak patut sementara masih banyak bangunan sekolah, jembatan, fasilitas kesehatan di beberapa daerah di Indonesia yang belum layak, memerlukan bantuan pendanaan. Bagaimana jika jumlahnya seperti Burlem ini ada sekitar 100.000 pegawai? Hanya kita yang mengetahui kapan harus bekerja overtime dan kapan tidak.
Fakta ini ada dan hanya diri kita yang bisa memilih untuk memberikan yang terbaik kepada negara kita ini. Kementerian Keuangan sudah mengawali dengan menetapkan Instruksi Menteri Keuangan nomor 346/IMK.01/2017 tentang Gerakan Efisiensi sebagai Implementasi Penguatan Budaya Kementerian Keuangan, yang salah satunya “Pemanfaatan jam kerja secara efektif dan meminimalisir jam lembur melalui pendekatan work-life-balance dengan memperhatikan tanggung dan penyelesaian tugas”. Selain itu, pegawai kemenkeu harus menjunjung tinggi value Kementerian Keuangan yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan. Itulah di Kementerian Keuangan. Semoga kita bisa menjadi panutan seperti para pegawai di Kementerian Keuangan. Ayo kita dukung gerakan efisiensi dengan pendekatan work-life-balance agar mengurangi beban negara.     

#bndproject
#bukannotadinas


Kisah ini juga dapat dibaca pada laman berikut : 
https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/2017/12/bnd-project-kisah-si-burlem.html

1 komentar:

  1. Topik lembur memang selalu menarik, karena di situ sering terletak soal nilai: apa yang penting atau tidak penting? Kadang ada juga rekan yang memilih jalan tengah antara terjebak macet, hilang waktu maghrib di jalan, atau hemat APBN ... yaitu dengan absen tepat waktu di jam pulang, dan baru beranjak setelah lalu lintas lebih bersahabat di malam hari.

    BalasHapus