Tulisan dengan Kekuatan Emosi Memang Bedampak ke Hati

Baru-baru ini saya meminjam dua buku dari perpustakaan DJA. Ke-dua buku ini memiliki judul yang memikat saya. Jadilah buku tersebut menjadi sasaran baca kegiatan harian. Pertama, buku Cahyo Satria Wijaya, terbitan tahun 2017, berjudul Kalo Sensi Jangan Baca Buku Ini. Buku kedua pasti sudah banyak yang membacanya: Chicken Soup for The Soul: Kekuatan Berpikir Positif, 101 Kisah Inspiratif tentang Mengubah Hidup dengan Berpikir Posisitif, terbitan Gramedia Pustaka Utama, cetakan sembilan tahun 2016.
  
Kedua buku tersebut mempunyai dampak ke hati yang berbeda. Buku serial Chicken Soup for The Soul, terasa lebih memikat dan kena di hati saya. Ada beberapa tulisan yang menyentuh emosi terharu dan membuka cakrawala berpikir yang berbeda. Terpikir dalam hati, “Orang ternyata bisa mengubah kehidupannya karena hal remeh-temeh begitu ....”

Sementara, bukunya Cahyo Satria hanya terasa sebagai suatu informasi semata. Di sana, tidak terlibat emosi benci, emosi senang, atau emosi tersentuh lainnya. Padahal yang disampaikan oleh Mas Cahyo ini tidak berbeda dengan serial Chicken Soup for The Soul di atas, yaitu pengalaman sehari-hari yang umum kita jumpai.

Saya menyadari bahwa tiap orang mempunyai pengalaman berbeda setelah membaca suatu buku. Nah, ini pengalaman saya setelah membaca kedua buku tersebut. Agar rekan-rekan bisa berimajinasi perbedaan keduanya, berikut ini saya kutipkan sebagian kecil tulisannya di bawah ini. Paragraf pertama berasal dari bukunya Mas Cahyo dan yang kedua berasal dari serial Chicken Soup for The Soul.

Ketika posisi di atas, ia bisa jadi lupa bahwa dulu orang-orang juga membantunya. Dan berada dalam posisi di atas akan mudah dilihat orang, dan tentunya segala tindak tanduk kita pasti diperhatikan orang. Perilaku orang yang melupakan ketika posisi di bawah sama seperti pepatah kacang lupa kulitanya (Cahyo Satria Wijaya, Kalo Sensi Jangan Baca Buku Ini, Subbagian Melihat ke Bawah Saat di Atas).

Susah sekali bagiku untuk menemukan hal-hal positif disekitarku. Namun, aku membulatkan tekadku , aku mulai melihat beberapa hal. Seorang anak yang teresenyum dalam gendongan ibunya. Ya, itu juga termasuk. Seseorang lelaki mengenakan setelan resmi membeli balon dari pedangan kali lima dan memberikannya kepada seorang pengemis. .... (Chicken Soup for The Soul: Dari Merana ke Penuh Makna, tulisan Rita Bosel).

Rekan-rekan boleh tidak sependapat soal ini. Namun, saya mempunyai kesimpulan sendiri setelah memilihnya dari sekian buku yang ada dan membaca tuntas buku-buku tersebut. Kesimpulannya, buku menjadi berdaya jual apabila memikat dari judulnya dan cara penyampaiannya. Jadi kepingin membuat buku sendiri (#cita-cita mode on). 

7 komentar:

  1. gaya, pilihan kata ternyata sangat berpengaruh ya mas... ayo mas, bikin buku sendiri... saya dukung... #biatdapatpersenan hehehe...

    BalasHapus
  2. saya terperangah atau terpantik apabila ada tulisan yang sangat personal seolah-olah tulisan itu bicara hanya ke saya saja...

    BalasHapus
  3. Ya...ya...ya. kalo disposisi kadang isinya datar-datar saja. Tapi ada juga disposisi yang mempunyai kedekatan emosi kepada beberapa pembacanya. Bagi yang menerima akan emosional bangget...tapi bagi pihak yang tidak berkepentingan...bisa senyum atau tertawa. Contoh disposisi seperti itu, "tolong tulis ulang nota dinasnya."

    BalasHapus
  4. saya kok membaca 2 petikan paragrafnya kok berasa datar-datar saja ya ??
    apa mungkin karena artikel ini ditulis sambil menatap dan meneruskan disposisi ??

    atau mungkin sy sendiri yang saat membacanya merasa terancam oleh banyaknya disposisi yang mengurung saya dari seluruh penjuru mata angin ??

    sepertinya, saya butuh aq*a... duh

    BalasHapus
  5. Mungkin petikan paragrafnya kurang panjang dikit ya, sehingga tidak bisa menggambarkan sisi emosinya pada buku chiken. Barangkali Mas Sufty harus baca bukunya langsung. Jadinya akan tahu apa memang datar-datar saja atau bagaiaman. Atau jangan-jangan Mas Sufty sudah emosi duluan karena banyaknya nota dinas dari segala penjuru arah angin. jadinya, emosinya sudah habis pas baca artikel pendek ini. Just kidding.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya emang yang terakhir deh mas.... hahahaha

      Hapus