Pecahan-pecahan Kebaikan yang Tak Akan Terlupakan

"Fid... iso teko ngumpul-ngumpul ga bengi iki ?", begitu isi sms yang selalu datang beberapa hari setelah lebaran pertama. Tak ada tanda-tanda bosan mengirimkan sms seperti ini meski jawabanku tidak selalu bilang bisa. Pengirimnya bisa dipastikan bahwa teman alumni SMA-nya dan bahkan teman seangkatannya tak ada yang tak mengenalnya.
Acara kumpul-kumpul pra-reuni yang diperkirakan efektif mulai 2009 ini, seperti buah dari proses yang penuh dengan keringat dan usaha yang tak pernah mengenal lelah dan bosan.
Bagaikan mengumpulkan tulang-tulang berserakan, hanya yang bermental persaudaraan yang tinggi yang mampu melaksanakan, sementara media komunikasi belum secanggih seperti sekarang.
Tercatat, terbentuk group milist dengan kurang lebih 37 members (media komunikasi yang nge-hits waktu itu) pada April 2005, meski baru mulai rame postingan pada Januari 2006. Mungkin karena ada pilihan media komunikasi yang lebih menarik, denyut nadi 'kehidupan' terus mengalami penurunan sampai pada postingan terakhir pada April 2012.
Alhamdulillah, saya termasuk yang masuk dalam radar target misi yang tak terbantahkan kemuliaannya : menyambung silaturahim kembali.
Dari situ, beberapa kali ikut kumpul-kumpul super tipis di alun-alun dan di beberapa tempat lain yang nyaris tak terdokumentasikan. Tapi pahala untuk upaya ini insya Allah tidak akan terlewatkan sedikitpun.
Pemantik kecil yang tak pernah bosan, buahnya adalah bola salju yang tak berkesudahan putarannya. Semakin membesar, seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Djaliteng !

Iya, tidak salah lagi, Djaliteng tak mungkin bisa dipisahkan dari upaya-upaya ini, meski tentu bukan hanya dia yang ada dalam barisan ini. Kerja kerasnya selalu kita rasakan sepanjang tahun, sampai tiba kabar yang sayup-sayup seperti susah untuk dipercaya. Tapi keyakinan bahwa semua akan berhenti pada taqdir yang sudah ditentukan Allah SWT atas hamba-Nya, memastikan bahwa kabar itu memang benar adanya. Kabar yang mengagetkan itu tentu menghilangkan gelak tawa, tergantikan oleh kesedihan yang menyelimuti bermacam-macam perasaan.

Beruntung, punya kesempatan untuk mengantarkanmu diperistirahatan terakhir sahabatku. Pagi itu seperti ikut menyampaikan kesedihannya, prosesi yang sangat emosional itu diiringi oleh rintik-rintik hujan. Ini semakin menambah rasa kehilangan seorang sahabat yang tak pernah lelah dan bosan menyambung-nyambung tali saliturahim yang tercerai-berai.

Selamat jalan sahabat, seperti yang pernah aku ucapkan di hari ketentuanmu, dan kini aku ulangi lagi di sini, semoga selalu dalam naungan rahmat-Nya, mendapat balasan yang lebih baik dari kebaikan-kebaikan yang pernah kamu lakukan. Aamiin Ya Rabbal 'Alaamiin.

Semoga kita bisa melanjutkan upaya mulia ini : tetap bersemangat mengumpulkan, semakin mempererat tali silaturahim. Tentu ini tak mudah, karena kerikil-kerikil kecil akan selalu ada. Kedewasaan dan kerendahhatian membuat semuanya menjadi mudah insya Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar