Seperti hati, antri ...

“Seperti hati, biarkan dulu yang di dalam pergi, baru mengisinya kembali ...”

Berlatar belakang gambar 2 buah hati berwarna merah muda dan biru muda, tulisan pada pintu lift gedung ini langsung mencuri perhatian saya. Awalnya, saya tidak terlalu mengerti maksudnya, hanya yang saya perhatikan sejak pertama kali mengunjungi institusi ini, semua pengunjung maupun pekerja di gedung ini selalu tertib antri ketika ingin menggunakan lift tersebut.

Hingga pada suatu siang, ketika saya dan beberapa teman ingin menikmati makan siang bersama di salah satu plaza persis di samping gedung ini, yang saat itu sarat dengan pengunjung. Kami sepakat ingin makan di salah satu kedai yang berada di lantai 3. Dari lantai dasar kami menggunakan eskalator, lalu mengantri lift di lantai 1 untuk menuju ke lantai 3.

Begitu sampai di depan lift, kami yang sudah terbiasa mengantri seperti budaya di gedung sebelah, mengatur barisan di belakang beberapa orang yang tiba lebih dahulu. Sejenak kemudian, terdengar suara seorang ibu muda yang baru datang mengomel agak keras,” Duh, rame lagi ini lift nya, mau pake eskalator gue males”. Sontak kami dan beberapa orang yang sedang mengantri menoleh ke arah ibu itu, berdiri bersama dua orang kerabatnya, menuntun seorang anak perempuan berusia sekitar 6 atau 7 tahun. Nampak jelas jika dia sedang tergesa.

Tidak berselang lama, suara penanda pintu lift terbuka berbunyi. Kami dan beberapa calon pengguna yang berdiri di barisan depan beringsut pelan menggeser posisi berdiri untuk memberi jalan pada pengguna yang akan keluar. Lalu tiba-tiba, terdengar keras suara teriakan beberapa orang yang terdorong oleh si anak yang dituntun si ibu muda tadi. Lebih tepatnya, si ibu mendorong anaknya menyerobot orang-orang di depannya yang baru akan melangkah keluar dari lift diikuti oleh dia dan dua kerabatnya.

Kejadian itu begitu cepat, lalu terdengar suara perempuan yang sejak tadi berdiri di depan menghardik,” Ibu gimana sih? Ga takut bahaya apa itu anaknya didorong-dorong, gimana kalo pintu liftnya ketutup, bisa kejepit itu anak. Tunggu dulu pada keluar, baru masuk dan harus antri.”

Si ibu terlihat mengabaikan omelan itu dan tak mengacuhkan pandangan kesal dari beberapa orang. Kami yang saat itu masih tercengang akhirnya memilih mengalah, pasrah jika ruang pada lift tersebut lebih dulu terisi. Saya yang bersiap mengeluarkan kata-kata ke arah ibu itupun segera ditarik oleh teman-teman untuk akhirnya berpindah mencari eskalator.

Kejadian serobot menyerobot lift ini sepertinya sudah dianggap lumrah di kehidupan kita. Kadang-kadang, sudahlah berlama-lama antri berdiri, begitu pintu lift terbuka, ada yang baru datang langsung nyelonong tanpa basa basi. Saya bukan pengamat sosial, tidak juga terlalu suka mengurusi hal-hal semacam ini. Tapi untuk urusan antri saya orang yang paling peduli. Entah itu antri di toilet, antri di kasir, antri ketika hendak memesan makanan, dan antri-antri lainnya. Menurut saya, slogan  “first come, first served”, sangatlah adil. Artinya, jika dimanifestasikan dalam kegiatan antri, yang mengantri duluan ya wajib mendapatkan hak nya terlebih dahulu. Menyerobot berarti mengambil hak orang; hak untuk mendapatkan pelayanan atau menggunakan fasilitas lebih dulu.

Hal ini pula yang saya ajarkan baik-baik kepada anak-anak saya. Jika sedang berada di suatu antrian, lalu kami diserobot dan merasa kesal, saya ingatkan mereka,” Ga enak kan diserobot, jadi jangan ngelakuin hal yang sama.”

Akhirnya, sejak kejadian siang itu, saya baru bisa memaknai arti dari tulisan di depan pintu lift di gedung sebelah. Seperti hati, biarkan dulu yang didalam pergi, baru mengisinya kembali ... Analogi yang sangat menarik ya. Antrian pada lift yang diumpamakan seperti hati. Kebayang ‘kan bagaimana ruwetnya kalau pengguna lift yang akan keluar dan masuk bergerak bersamaan. Belum lagi bahaya yang mungkin terjadi karena rebutan itu; terjepit pintu lift misalnya. Ya seperti hati, pasti repot sekali mengaturnya jika yang di dalam masih ada, sudah terisi lagi dengan yang lain, hhehe ...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar