Pantas atau Tidak Pantas ?

Sering kali saya melewati stasiun kereta baik saat berangkat kantor, pulang kerja, jalan bersama dengan keluarga naik kereta (emang gak ada kendaraan ? - saat itu sensasi naik kereta lebih menyenangkan) atau hanya untuk memenuhi perintah atasan melalui diklat dan ijin lainnya.

Stasiun saat ini, berbeda dengan stasiun sebelum masa kepemimpinan Ignasius Jonan. Masyarakat dirubah cara pandangnya terhadap stasiun. Kalau dulu stasiun terkesan kumuh, tidak teratur, jorok, tidak nyaman, tidak aman, dan banyak hal negatif lainnya. Namun pak Ignasius Jonan telah merubah paradigma atau stigma itu. Saat ini stasiun itu lebih teratur (tidak semrawut), tertib, rapih, bersih, nyaman dan aman. Bahkan kalau pun harus keliling Jabodetabek dari stasiun ke stasiun, cukup enak dan nyaman sepanjang tidak melakukan tap out dari barier gate nya. Arena food court dekat stasiun juga lumayan enak.

Namun ada hal aneh yang belum bisa berubah dari masyarakat kita meskipun sudah melek dengan gawai atau gadget. Pernahkah melihat tempat duduk di stasiun yang bertuliskan frasa "tempat duduk prioritas" Jika pernah melihat, seharusnya penumpang yang menggunakan gawai seharusnya bisa membaca tanda dari frasa dimaksud. Frasa "tempat duduk prioritas" itu hanya diperuntukan bagi penumpang lansia, wanita membawa balita, disabilitas, wanita hamil. Frasa ini juga berlaku di setiap gerbong kereta commuter line di seluruh Jabodetabek tanpa kecuali. Namun dari 4 jenis penumpang yang paling banyak menggunakan "tempat duduk prioritas" ini adalah wanita hamil bukan pria hamil ya ? (maaf bukan menghina pria prenagen). Berkaca atas kejadian di setiap gerbong, dimana para penumpang sudah paham, namun berbeda perlakuan dan sikap saat di setiap stasiun. Karena frasa "tempat duduk prioritas" di stasiun tidak berlaku untuk para penumpang prioritas itu. Kursi prioritas di stasiun tidak berlaku untuk penumpang penumpang lansia, wanita membawa balita, disabilitas, wanita hamil melainkan olahragwan, orang sehat, orang yang pegang gawai dan notebook, orang yang pakai dasi, orang yang mengerti baca dan tulis, orang yang mampu segala nya. Saya tergelitik mengangkat hal ini karena meskipun stasiun dan fasilitas kereta sudah berubah, ternyata merubah habit dan paradigma juga tidak serta merta merubah pola pikir setiap orang yang terkadang sudah canggih dan pandai baca dengan beberapa gawai di tangan. Jadi pertanyaannya adalah pantas atau tidak pantas mereka duduk di kursi prioritas itu ? Terlepas apakah kursi itu ada orangnya atau tidak, dan jika ada orangnya lantas kita langsung beranjak dari tempat duduk. Saya jarang melihat orang yang langsung beranjak dari tempat duduk meski orang yang dianggap prioritas itu ada di sekitarnya.  

Saya cuma ingin berbagi bahwa kemajuan dan ketertiban dari sebuah fasilitas publik perlu juga ada sedikit edukasi untuk para penumpang yang memang tidak beruntung atau yang diprioritaskan agar tetap menjadi penumpang yang diprioritaskan.

Salam selalu

sumber:https://rulyardiansyah.blogspot.co.id/

2 komentar: